Rabu, 21 Juni 2017

Monolog Dini Hari

Aku terdiam lagi.
Cuma menatap matahari yg mulai menghilang, ditelan malam.
Kuingat lagi semuanya.
Terbayang begitu saja.

Aku merasa kosong.
Ada yg hilang disini.

Hati ini masih belum sepenuhnya pulih.
Memang luka yg menganga butuh waktu lama untuk sembuh total.

Aku terus sembunyi, kucoba tak pedulikan luka ini.
Ku lanjutkan hidup dalam ilusi.

Sebuah tawa yg tak nyata.

Tertawa lepas bisa membuatku lupa apa yg sebenarnya jadi masalah.
Saat berhenti tertawa, aku mulai sadar.
Aku terjebak dalam permainanku sendiri.
Permainan yg belum bisa aku selesaikan.

Kenangan.

Hal yg sangat sulit untuk dilewati.
Galeri yg penuh dengan potret masa lalu, dengan setiap cerita dibaliknya.
Sebuah hal yg tidak bisa dibeli, bahkan dengan emas sekalipun.

Aku merindukan semuanya.

Semua hal yg mungkin tak penting buat orang lain.
Yg mungkin juga aku tak pedulikan.
Hal hal kecil yg sebenarnya buatku selalu tersenyum.

Bodohnya aku yg tak mau bersyukur.
Memang dosaku.
Akan kujadikan pelajaran untuk kedepannya.

Tak terasa, gelap pun menghampiri.
Bintang sudah menghiasi malam ini.
Malam yg selalu jadi teman, disaat hati tak tahu kemana harus berjalan.
Bimbang.
Gelisah.
Tapi kucoba untuk melangkah.

Aku merasa gila.
Sudah cukup panjang perjalanan ini.
Tak terhitung jarak yg sudah kutempuh. Tak ada tempat untuk rebah sejenak, melepas penat dari dunia.
Semuanya kupikul sendiri.
Lelah, luka, dan air mata kusimpan dalam hati,
Rasanya sudah biasa.

Kini kusadari, jeritan ini datang dari hati. Tak terdengar, tapi aku rasakan.
Perlahan lahan menghancurkan langkahku, memaksa untuk kembali.

Tidak, aku tak ingin kembali.
Tak ada apapun disana.
Api sudah membakar semuanya.

Aku tetap akan berjalan, menemukan apa yg hati ini cari. Membuatku melangkah pasti, dan menyelesaikan teka teki ini.

Dalam keheningan, kubisikkan doa untuk Tuhan.

Kubutuh sesuatu,
Untuk mengisi kekosongan,
Hati ini.

Nonton deh